Rabu, 19 Oktober 2016

ANAK ADALAH AMANAH JADI BERHATI HATILAH SAAT MENDIDIKNYA



Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar (Q.S al Anfal : 28)

Anak adalah amanah Allah untuk para orang tua. Ia adalah tabungan amal untuk hari depan di akhirat, meskiun demikian ia bukan milik orang tua sepenuhnya karena ia milik zamannya dan yang utama milik Allah. Terkadang anak tersebut dalam perjlanan , tidak lurus atau bahkan terpuruk dan hatinya yang buta membutuhkan doa ibunya sebagai obat, bukan sumpah serapah dan caci maki apalagi sebuah kutukan. Ibu maafkanlah anak anakmu walaupun perih dan pedihnya hatimu karena mereka tetapi jangan sampai kutukan pun terucap dari mulutmu, ingatlah bahwa merak adalah buah hatimu yang terlahir dari rahimmu dan ingatlah setiap perkataanmu ( ibu ) adalah doa jadi bimbinglah mereka dengan tulus.
A.      Jagalah Lisanmu
Pada jaman orang tua dahulu, anak-anak sangat takut pada orang tuanya oleh karenanya mereka berusaha bersikap baik dan menurut pada orang tua. Dalam pemahaman yang mereka dapat dari surau-surau tempat mereka mengaji yaitu kemarahan orang tua adalah kemarahan Allah dan Rasulullah SAW bersabda “Ridha Allah tergantung ridha orangtua dan murka Allah juga tergantung pada orang tua”. Oleh karena itu seorang ibu haruslah menjaga lisan karena jika anak keturunan dimurkai Allah maka tutuplah pintu syurga bagi mereka.
Mungkin ketika anak-anak masih kecil, begitu banyak ulah anak yang membuat kepala ibu pusing mulai dari memecahkan piring hingga bertengkar dengan kakak atau adiknya. Mungkin dada penuh dengan amarah yang siap berhambur keluar, kalau bisa menasihati bukan dengan amarah atau memarahi hingga puas dan jika ibu marah dengan membabi buta mugkin tidak lagi memperhatikan anak dan tidak menghargai keingianan anak, anak semakin dan merasa disudutkan dan ibunya merasa tidak memahami anak.
Jadi marilah berlajar dari ibu ibu terdahulu, mereka sangat menjaga lisannya agar tidak mengucapkan hal-hal buruk pada anaknya, bagi mereka lebih baik menahan amarah hingga mereka menangis dari pada menumpahkan amarah yang berujung pada sumpah serapah dan mengucapkan kalimat yang buruk apada anaknya.  Mereka menganalisanya karena takut pada Allah  dan mereka takut ucapannya  sekarang berubah menjadi makian yang membuat buruk masa depan anak dan jika sekali saja ibu mengucapkan perkataan buruk pada anaknya maka ia menangis meminta ampunan Allah dan meminta maaf pada anaknya. Meminta maaf pada anak bukanlah hal yang membuat martabat ibu menjadi jatuh, hal itu malah membuat anak semakin lembut hingga mau mengubah perilakunya yang buruk dan kasar menjadi sebaliknya agar menjadi anak idaman semua orang tua.
Ibu berhati hatilah dengan lisan kalian karena lisan seorang ibu adalah doa untuk anak anaknya, dan doa ibu itu tidak tertabirkan dari pengabulan Allah SWT. Ibu jagalah lisan kalian, belajarlah dari Nabi Musa dalam menghadapi Fir aun yang kasar dan dzalim. Allah SWT memerintahkan kepada nabi Musa untuk bersikap lemah lembut dalam menghadapi kejahatan fir’aun. Allah berfirman”Pergilah kamu bersama saudaramu dengan membawa ayat-ayatKu dan janganlah kalian lalai dalam mengingatKu. Pergilah kalian berdua kepada fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS. Thaahaa : 42-44)

B.       Berlakulah jujur
Abu Dawud dan Baihaqi meriwayatkan dari Abdullah bin Amin: pada suatu hari ibu memanggilku sedangkan rasulullah SAW duduk disamping rumah kami. Ibuku berkata “kemarilah aku akan memberimmu”, kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya “Apa yang akan kau berikan kepadanya?” ibuku berkata “aku akan memberikan sebuah kurma”, Rasulullah SAW berkata “kalau kau tidak memberikan sesuatu padanya, maka engkau dicatat sebagai seorang pendusta”
Mungkin kita sudah mengetahui cerita malin kundang, sesungguhnya Mande Rubayah (ibu Malin Kundang) melakukan sesuatu kesalahan yaitu tidak memberikan cukup kejujuran pada Malin Kundang sebelum ia pergi. Hal ini berbeda yang dialami oleh Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani. Dalam kisahnya ia berkata : “semenjak dibesarkan aku telah melaksanakan urusan diatas kejujuran. Demikian pula ketika aku keluar dari Mekkah menuju bagdad untuk mencari ilmu, ibuku memberi bekal sebanyak 40Dinar untuk mencukupi nafkahku, ia telah memperingatkan kepadaku untuk berlaku jujur. Ketika tiba di hamdah, keluarlah sekelompok perampok menghadang kami, mereka merampas dari kafilah. Salah seorang diantara mereka berlalu dihadapanku dan bertanya “apa yang kau bawa?” aku menjawab “40 dinar”, orang itu mengira aku membohonginya lalu ia membiarkanku, kemudian salah seorang laki-laki lainya melihatku dan bertanya “Apa yang kau bawa?” lalu aku memberitahu apa yang aku bawa, kemudian orang itu membawa kepada pimpinannya lalu ia bertanya pada ku dan aku memberitahu apa adanya. Pimpinan perampok itu bertanya “apa yang mendorongmu untuk berlaku jujur?” aku menjawab “Ibuku telah mengingatkanku untuk berlaku jujur maka aku takut untuk mengkhianati janji itu” kemudian pimpinan perampok itu ketakutan, lalu berteriak dan merobek bajunya kemudian berkata “Kau takut mengkhianati ibumu sedangkan aku tidak takut mengkhianati Allah” kemudian pimpinan perampok itu memerintahkan untuk mengembalikan apa yang mereka ambil dari kafilah. Ia lalu berkata “Aku bertaubat kepada Allah diatas Tanganmu”, Dan seorang anak buahnya berkata “Engkau memimpin kami dalam merampok dan kini engkaub memimpin kami dalam bertaubat” maka bertaubatlah mereka seluruhnya berkat kejujuran.

C.      Jagalah pergaulan mereka
Dalam kisah malin kundang, jelas tidak terjaganya pergaulan si Malin Kundang. Malin Kundang tidak dapat memilih istri yang baik, yang ia pilih adalah wanita kaya raya tetapi akhlaqnya tidak terpuji. Perempuan mulia mana yang mampu mencaci wanit tua yang ternyata adalah mertuanya sendiri.
Apabila anak dibiarkan bermain dijalanan dan ebrgaul dengan anak-anak yang nakal dan rusak maka sangatlah mungkin anak akan mempelajari bahasa cacian, celaan dan penghinaan serta tumbuh dewasa berdasarkan pendidikan dan moralitas yang buruk. Untuk menghalau pengaruh lingkungan, cegahlah anak terlalu banyak bermain diluar atau dengan menyeleksi teman bermain anak-anak, bukan berarti pilih-pilih tetapi menjaga anak agar anak tidak terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Ibu dapat memberikan teladan berupa keindahan dalam berbahasa maupun melembutkan lisan ketika berbicara dengan mereka, kita juga dapat membangun immunitas dalam diri anak terhadap pergaulan yang uruk dengan memperkuat pendidikan agama dan akhlaq Islam

D.      Mengapa anak durhaka kepada orang tua
Ummu Al Fadl bercerita : suatu ketika aku menimang seorang bayi. Rasulullah SAW mengambil bayi itu lalu menggendongnya, tiba tiba sang bayi pipis dan membasahi pakaian Rasulullah SAW, langsung saja ku renggut bayi itu dari gendongan Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW menegurku “Pakaian yang bersih dapat dibersihkan dengan air, tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan dalam jiwa anak akibat renggutanmu yang kasar itu?”
Ketika anak di cap durhaka oleh masayarakat, pernahkah kita berfikir sebab apa yang membuat dia bersikap durhaka kepada orang tuanya. Pernahkah kita berfikir jika apa yang dilakukan anak adalah buah dari diidkan orang tuanya. Tanpa sadar kita sering kali bersikap tidak adil terhada anak. Mungkin ini terjadi karena tidak tahu/mengereti proses perkembangan anak. Ketika anak berbuat salah dengan tergesa-gesa kita mengecap anak itu nakal, padahal bisa jadi itulah yang mesti dialami oleh seorang anak sesuai dengan usianya, dan kita tergesa gesa ingin membernarkan anak itu.
Ketika anak berbuat salah dengan cepat sekali kuta bereaksi, mengomel sepanjang hari ketika si anak merusak tas kesayangan bahkan mencubit atau memukulnya kala mereka susah disuruh mandi, padahal waktu menjelang maghrib. Anak-anak tidak hanya mengalami kekerasan diluar rumah oleh teman-teman sekolah/sepermaianan/guru sekola. Kerana mereka juga mengalami kekerasan didalam rumah lalu harus kemana mereka mencari perlindungan ketika orang yang paling dekat dengan mereka berbuat kasar terhadapnya. Bisa jadi orang tua menganggap anak semakin nakal karena semakin tidak sabar mendidik mereka atau tidak memberikan hak hak anak dengan semestinya. Cara mengingatkan anak yang melakukan kesalahan adalah dengan meniru cara Rasulullah SAW yaitu dengan cara halus dan lemah lembut.
Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah itu maha lembut serta menyukai kelembutan disegenap permasalahan” dan sesungguhnya orang tua mendidik anak menjadi manusia yang berakhlaq islami tidaklah mudah tetapi janganlah kalian risau!,. bersabar dan mengikhlaskan dalam semua usaha membesarkan dan mendidik anak karena Allah pasti membimbing kalian. Rasulullah SAW bersabda “ Bertaqwalah kepada Allah SWT dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu” ( HR Bukhari dan Muslim )
Pustaka
Al Qur’anul Karim
Al hadist

0 komentar:

Posting Komentar

Aka_Eka