Dan
ketahuilah, bahwa hartamu dan anak anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar (Q.S al Anfal : 28)
Anak adalah amanah
Allah untuk para orang tua. Ia adalah tabungan amal untuk hari depan di
akhirat, meskiun demikian ia bukan milik orang tua sepenuhnya karena ia milik
zamannya dan yang utama milik Allah. Terkadang anak tersebut dalam perjlanan ,
tidak lurus atau bahkan terpuruk dan hatinya yang buta membutuhkan doa ibunya
sebagai obat, bukan sumpah serapah dan caci maki apalagi sebuah kutukan. Ibu
maafkanlah anak anakmu walaupun perih dan pedihnya hatimu karena mereka tetapi
jangan sampai kutukan pun terucap dari mulutmu, ingatlah bahwa merak adalah buah
hatimu yang terlahir dari rahimmu dan ingatlah setiap perkataanmu ( ibu )
adalah doa jadi bimbinglah mereka dengan tulus.
A.
Jagalah
Lisanmu
Pada jaman orang tua dahulu, anak-anak
sangat takut pada orang tuanya oleh karenanya mereka berusaha bersikap baik dan
menurut pada orang tua. Dalam pemahaman yang mereka dapat dari surau-surau
tempat mereka mengaji yaitu kemarahan orang tua adalah kemarahan Allah dan
Rasulullah SAW bersabda “Ridha Allah tergantung ridha orangtua dan murka Allah
juga tergantung pada orang tua”. Oleh karena itu seorang ibu haruslah menjaga
lisan karena jika anak keturunan dimurkai Allah maka tutuplah pintu syurga bagi
mereka.
Mungkin ketika anak-anak masih kecil,
begitu banyak ulah anak yang membuat kepala ibu pusing mulai dari memecahkan piring
hingga bertengkar dengan kakak atau adiknya. Mungkin dada penuh dengan amarah yang
siap berhambur keluar, kalau bisa menasihati bukan dengan amarah atau memarahi
hingga puas dan jika ibu marah dengan membabi buta mugkin tidak lagi
memperhatikan anak dan tidak menghargai keingianan anak, anak semakin dan
merasa disudutkan dan ibunya merasa tidak memahami anak.
Jadi marilah berlajar dari ibu ibu
terdahulu, mereka sangat menjaga lisannya agar tidak mengucapkan hal-hal buruk
pada anaknya, bagi mereka lebih baik menahan amarah hingga mereka menangis dari
pada menumpahkan amarah yang berujung pada sumpah serapah dan mengucapkan
kalimat yang buruk apada anaknya. Mereka
menganalisanya karena takut pada Allah
dan mereka takut ucapannya
sekarang berubah menjadi makian yang membuat buruk masa depan anak dan
jika sekali saja ibu mengucapkan perkataan buruk pada anaknya maka ia menangis
meminta ampunan Allah dan meminta maaf pada anaknya. Meminta maaf pada anak
bukanlah hal yang membuat martabat ibu menjadi jatuh, hal itu malah membuat
anak semakin lembut hingga mau mengubah perilakunya yang buruk dan kasar
menjadi sebaliknya agar menjadi anak idaman semua orang tua.
Ibu berhati hatilah dengan lisan kalian
karena lisan seorang ibu adalah doa untuk anak anaknya, dan doa ibu itu tidak
tertabirkan dari pengabulan Allah SWT. Ibu jagalah lisan kalian, belajarlah
dari Nabi Musa dalam menghadapi Fir aun yang kasar dan dzalim. Allah SWT
memerintahkan kepada nabi Musa untuk bersikap lemah lembut dalam menghadapi
kejahatan fir’aun. Allah berfirman”Pergilah kamu bersama saudaramu dengan
membawa ayat-ayatKu dan janganlah kalian lalai dalam mengingatKu. Pergilah
kalian berdua kepada fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS. Thaahaa : 42-44)
B.
Berlakulah
jujur
Abu Dawud dan Baihaqi meriwayatkan dari
Abdullah bin Amin: pada suatu hari ibu memanggilku sedangkan rasulullah SAW
duduk disamping rumah kami. Ibuku berkata “kemarilah aku akan memberimmu”,
kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya “Apa yang akan kau berikan
kepadanya?” ibuku berkata “aku akan memberikan sebuah kurma”, Rasulullah SAW
berkata “kalau kau tidak memberikan sesuatu padanya, maka engkau dicatat
sebagai seorang pendusta”
Mungkin kita sudah mengetahui cerita
malin kundang, sesungguhnya Mande Rubayah (ibu Malin Kundang) melakukan sesuatu
kesalahan yaitu tidak memberikan cukup kejujuran pada Malin Kundang sebelum ia
pergi. Hal ini berbeda yang dialami oleh Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani. Dalam
kisahnya ia berkata : “semenjak dibesarkan aku telah melaksanakan urusan diatas
kejujuran. Demikian pula ketika aku keluar dari Mekkah menuju bagdad untuk
mencari ilmu, ibuku memberi bekal sebanyak 40Dinar untuk mencukupi nafkahku, ia
telah memperingatkan kepadaku untuk berlaku jujur. Ketika tiba di hamdah,
keluarlah sekelompok perampok menghadang kami, mereka merampas dari kafilah.
Salah seorang diantara mereka berlalu dihadapanku dan bertanya “apa yang kau bawa?”
aku menjawab “40 dinar”, orang itu mengira aku membohonginya lalu ia
membiarkanku, kemudian salah seorang laki-laki lainya melihatku dan bertanya
“Apa yang kau bawa?” lalu aku memberitahu apa yang aku bawa, kemudian orang itu
membawa kepada pimpinannya lalu ia bertanya pada ku dan aku memberitahu apa
adanya. Pimpinan perampok itu bertanya “apa yang mendorongmu untuk berlaku
jujur?” aku menjawab “Ibuku telah mengingatkanku untuk berlaku jujur maka aku
takut untuk mengkhianati janji itu” kemudian pimpinan perampok itu ketakutan,
lalu berteriak dan merobek bajunya kemudian berkata “Kau takut mengkhianati
ibumu sedangkan aku tidak takut mengkhianati Allah” kemudian pimpinan perampok
itu memerintahkan untuk mengembalikan apa yang mereka ambil dari kafilah. Ia
lalu berkata “Aku bertaubat kepada Allah diatas Tanganmu”, Dan seorang anak
buahnya berkata “Engkau memimpin kami dalam merampok dan kini engkaub memimpin
kami dalam bertaubat” maka bertaubatlah mereka seluruhnya berkat kejujuran.
C.
Jagalah
pergaulan mereka
Dalam kisah malin kundang, jelas tidak
terjaganya pergaulan si Malin Kundang. Malin Kundang tidak dapat memilih istri
yang baik, yang ia pilih adalah wanita kaya raya tetapi akhlaqnya tidak
terpuji. Perempuan mulia mana yang mampu mencaci wanit tua yang ternyata adalah
mertuanya sendiri.
Apabila anak dibiarkan bermain dijalanan
dan ebrgaul dengan anak-anak yang nakal dan rusak maka sangatlah mungkin anak
akan mempelajari bahasa cacian, celaan dan penghinaan serta tumbuh dewasa
berdasarkan pendidikan dan moralitas yang buruk. Untuk menghalau pengaruh
lingkungan, cegahlah anak terlalu banyak bermain diluar atau dengan menyeleksi
teman bermain anak-anak, bukan berarti pilih-pilih tetapi menjaga anak agar
anak tidak terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Ibu dapat memberikan teladan
berupa keindahan dalam berbahasa maupun melembutkan lisan ketika berbicara
dengan mereka, kita juga dapat membangun immunitas dalam diri anak terhadap
pergaulan yang uruk dengan memperkuat pendidikan agama dan akhlaq Islam
D.
Mengapa
anak durhaka kepada orang tua
Ummu Al Fadl bercerita : suatu ketika
aku menimang seorang bayi. Rasulullah SAW mengambil bayi itu lalu
menggendongnya, tiba tiba sang bayi pipis dan membasahi pakaian Rasulullah SAW,
langsung saja ku renggut bayi itu dari gendongan Rasulullah SAW. Lalu
Rasulullah SAW menegurku “Pakaian yang bersih dapat dibersihkan dengan air,
tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan dalam jiwa anak akibat
renggutanmu yang kasar itu?”
Ketika anak di cap durhaka oleh
masayarakat, pernahkah kita berfikir sebab apa yang membuat dia bersikap
durhaka kepada orang tuanya. Pernahkah kita berfikir jika apa yang dilakukan
anak adalah buah dari diidkan orang tuanya. Tanpa sadar kita sering kali
bersikap tidak adil terhada anak. Mungkin ini terjadi karena tidak
tahu/mengereti proses perkembangan anak. Ketika anak berbuat salah dengan
tergesa-gesa kita mengecap anak itu nakal, padahal bisa jadi itulah yang mesti
dialami oleh seorang anak sesuai dengan usianya, dan kita tergesa gesa ingin
membernarkan anak itu.
Ketika anak berbuat salah dengan cepat
sekali kuta bereaksi, mengomel sepanjang hari ketika si anak merusak tas
kesayangan bahkan mencubit atau memukulnya kala mereka susah disuruh mandi,
padahal waktu menjelang maghrib. Anak-anak tidak hanya mengalami kekerasan
diluar rumah oleh teman-teman sekolah/sepermaianan/guru sekola. Kerana mereka
juga mengalami kekerasan didalam rumah lalu harus kemana mereka mencari
perlindungan ketika orang yang paling dekat dengan mereka berbuat kasar
terhadapnya. Bisa jadi orang tua menganggap anak semakin nakal karena semakin
tidak sabar mendidik mereka atau tidak memberikan hak hak anak dengan
semestinya. Cara mengingatkan anak yang melakukan kesalahan adalah dengan
meniru cara Rasulullah SAW yaitu dengan cara halus dan lemah lembut.
Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah itu maha lembut serta menyukai kelembutan
disegenap permasalahan” dan sesungguhnya orang tua mendidik anak menjadi
manusia yang berakhlaq islami tidaklah mudah tetapi janganlah kalian risau!,.
bersabar dan mengikhlaskan dalam semua usaha membesarkan dan mendidik anak
karena Allah pasti membimbing kalian. Rasulullah SAW bersabda “ Bertaqwalah
kepada Allah SWT dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu” ( HR Bukhari dan
Muslim )
Pustaka
Al
Qur’anul Karim
Al
hadist
0 komentar:
Posting Komentar