Sabtu, 10 Desember 2016

Teori Konsumsi Islam



TEORI KONSUMSI ISLAM
A.       Pengertian Konsumsi dalam Ekonomi Mikro
Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro. Yang dimaksud dengan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah laku individu dalam ekonomi.
Dalam kajian konsumsi ekonomi Islam, prinsip yang syariatkan adalah agar tidak hidup bermewah-mewah, membayar zakat dan mennjauhi riba’ merupakan rangkuman dari akidah, akhlak dan syariat Islam yang menjadi rujukan dalam pengembangan sistem ekonomi Islam. Nilai-nilai moral tidak hanya bertumpu pada aktifitas indiviidu tapi juga pada inetraksi secara kolektif, bahkan berkaitan dengan individu satu dengan individu lainnya dan kolektif tidak bisa didikotomikan. Individu dan kolektif menjadi keniscayaan nilai yang harus selalu hadir dalam pengembangan sistem, terlebih lagi ada kecenderungan nilai moral dan praktik yang mendahulukan kepengtingan kolektif dibandingkan kepentingan individual. Preferensi ekonomi baik individu maupun kolektif dari ekonomi Islam memunculkan karakter dengan membentuk aktifitas yang khas. Umer Chapra dalam bukunya menjelaskan prinsip dasar ekonomi Islam yaitu Tauhid, Khilafah dan Keadilan dimana tiga prinsip ini tidak dapat dipisahkan karena saling keterkaitan untuk terciptanya perekonomian yang baik dan stabil.
Pendekatan ekonomi islam pada teori konsumsi adalah permintaan sedangkan produksi adalah penawaran atau penyediaan. Perbedaan ilmu ekonomi konvensional dan ekonomi islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran material semata mata dari pola konsumsi konvensional
Islam adalah ajaran agama yang mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dengan masalah konsumsi, Islam mengatur bagiamana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktifitas konsumsi terdapat dalam al qur’an dan as sunah. Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al qur’an dan assunah membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidup.
Syariat Islam mengharapkan manusia mencapai dan memelihara kesejahteraannya yang sering disebut dengan istilah maslahah yang maknanya lebih luas dari sekedar utility atau tingkat kepuasan dalam terminologi ekonomi konvensional. Maslahah merupakan sifat atau kemampuan barang dan jasa yang mendukung elemen-elemendan tujuan dasar dari kehidupan manusia dimuka bumi.
Menurut imam Ghazali dalam buku Adiwarman mengatakan ada lima kebutuhan dasar yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan kesejahteraan masyarakat tergantung pada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan yaitu :
Ø  Agama (Al Dien)
Ø  Hidup atau Jiwa (Nafs)
Ø  Keluarga atau keturunan (nasl)
Ø  Harta atau Kekayaan (maal)
Ø  Intelek atau akal (aql)
Untuk menjaga kontinuitas kehidupan, maka manusia harus memelihara keturunan. Meskipun seorang muslim meyakini bahwa horizon waktu tidak hanya menyangkut kehidupan dunia melainkan hingga ahirat.
Berdasarkan pendapat tersebut bahwa adanya lima kebutuhan dasar dalam mencapai kepuasan dunia yang memiliki nilai manfaat atau maslahah, maka dalam berkonsumsi yang dicapai adalah kepuasan. Kepuasan adalah hasrat yang tidak bisa diukur dengan nilai, masing-masing memiliki cita rasa yang berbeda namun jika yang diinginkan terpenuhi maka akan menghasilkan sebuah kepuasan tersendiri. Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin tidak membatasi konsumsi umatnya. Islam hanya mengatur etika konsumsi sebagai wujud kebersinambungan antara sang makhluk (hablu minan nas) dan antara sang Tuhan (hablu minallah)
B.       Mengukur Kepuasan Konsumen
Perilaku konsumen dalam teori ekonomi mikro konvensional dalam mengkonsumsi barang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan yang maksimum. Maka untuk mengukur kepuasan tersebut dapat melalui pendekatan-pendekatan beberapa aspek, melalui pendekatan marginal utility (tingkat kepuasan) dan pendekatan indifference curve (kurva indiferen).
Berbeda dengan teori ekonomi islam, mengukur kepuasan tidak hanya ditinjau dari semakin tinggi konsumsi semakin tinggi kepuasan konsumen, melainkan barang yang  dikonsumsi bersifat halal atau haram. Hal ini sesuai dengan firman Allah : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya” ( QS. Al Maidah : 87-88)
Ayat di atas telah menjelaskan secara detail bahwa kepuasan konsumsi bertujuan untuk mencapai maslahah atau nilai kebermanfaatan baik di dunia maupun di akhirat (falah) dalam hal kesejateraan bukanlah untuk mencapai utility atau kepuasan dunia.
Maslahah
Utility
1.    Relatif Objektif bertolak pada kebutuhan yang didasarkan pertimbangan rasional normatif dan positif
1.    Berdasar pada kriteria yang bersifat subjektif
2.    Relatif konsisten dengan sosial
2.    Berbeda dengan utilitas sosial
3.    Arah pembangunan bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan hidup  dari tujuan pelaku ekonomi
3.    Mengedepankan keuntungan dari sisi produsen dan distributor, sedang konsumen bertujuan memenuhi keinginan
4.    Terukur dan dapat dibandingkan dan lebih mudah disusun prioritas serta pentahapan dalam pemenuhannya
4.    Tidak mudah diukur dan dibandingkan karena antara kepuasan satu dengan yang lain bersifat relatif
Sumber : Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islami

C.       Fungsi Utility
Dalam pandangan islam sebenarnya telah mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam perilaku islam telah mengatur lewat Al Qur’an dan Al Hadist supaya manusia dijauhkan dari sifat-sifat yang hina karena perilaku konsumsinya. Seorang muslim berkonsumsi didasarkan atas pertimbangan :
Ø  Manusia tidak berkuasa sepenuhnya mengatur detail permasalahan ekonomi masyarakat atau negara
Ø  Dalam konsep islam kebutuhan yang membentuk pola konsumsi seorang muslim dan dalam memenuhi kebutuhan seorang muslin tidak akan melakukan konsumsi secara berlebih-lebihan
Ø  Perilaku konsumsi seorang diatur perannya sebagai makhluk sosial, maka ada sikap menghormati dan menghargai
Untuk mengetahui tingkat kepuasan seorang muslim dapat diilustrasikan dalam bentuk nilai guna, yaitu nilai total (total utility) dan nilai guna marginal (marginal utility). Nilai guna total merupakan jumlah kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi sejumlah barang tertentu, nilai guna marginal pertambahan atau pengurangan kepuasan akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan suatu unit barang.
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva indifferent (IC) biasanya yang digambarkan adalah utility function antara dua barang atau jasa yang keduanya memang disukai oleh konsumen. Dalam membangun teori utility function digunakan tiga aksioma pilihan rasional yaitu :
1.      Completeness
Aksioma ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukai di antara dua keadaan.
2.      Transitivity
Aksioma ini untuk memastikan adanya konsistensi internal dalam diri individu dalam mengambil keputusan
3.      Continuity
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seseorang individu mengatakan A lebih disukai daripada B, maka keadaan yang mendekati A pasti juga disukai daripada B.
Konsekuensi dari adanya aksioma konsistensi dalam pilihan konsumen, maka antara kurva indiferen yang berbeda tidak boleh berpotongan. Jika kurva tersebut berpotongan berarti terjadi pelanggaran aksioma utility yaitu tidak adanya konsistensi telah terjadi sebagaimana pada gambar dibawah ini telah terjadi pelanggaran aksioma pada titik E.


a.      Tingkat Substitusi Marginal
Tingkat kesediaan untuk mengukur komoditas dengan komoditas lain disebut dengan tingkat substitusi marginal x untuk y atau MRSXY dimana jumlah unit komoditas y yang harus dikorbankan untuk mendapat tambahan satu unit komoditas x, dalam tingkat kepuasan yang sama. Formasi MRSXY dapat ditulis sebagai berikut :
                      

Kurva diatas menunjukkan jumlah kompensasi pengurangan jumlah komoditas y yang dikonsumsi untuk mendapatkan penambahan konsumsi satu unit komoditas x. Nilai MRS akan semakin berkurang jika nilai MRS dari kiri ke kanan.
b.      Barang Halal, Haram dan analisis Kurva Indifference
Tidak semua komoditas mempunyai sifat yang sama, yakni ada yang haram dan ada yang halal, komoditas barang halal dan haram tentu berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah yang berimplementasi pada pahala yang ada pada ujungnya akan berpengaruh pada kepuasan. Logikanya barang yang dikonsumsi adalah barang yang sah dan halal dimakan akan membawa terhadap kemantaban dan kualiatas ibadah karena menggunakan tanpa dicampuri dan dibebani salah satu sehingga akan diterima dan mendapat pahala untuk bekal hari setelah kematian nanti.
Untuk menjelaskan kurva indifference dibentuk dari berbagai komoditas yang telah memisahkan antara yang halal dan yang haram dari komoditas


c.       Increasing Utility
Semakin tinggi IC berarti semakin banyak barang yang dikonsumsi yang berarti semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen. Secara grafis tingkat utilitas yang lebih tinggi digambarkan dengan utility function yang letaknya di sebelah kanan atas. Bagi konsumen semakin ke kanan atas utility semakin baik.
Rasulullah saw bersabda “ Orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada orang beriman yang lemah”. Dalam hadist lain yang bermakna “ Iri hati itu dilarang kecuali terhadap dua hal yaitu orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya, dan orang yang kaya yang membelanjakan hartanya di jalan Allah”. Dalam konsep Islam pun diakui bahwa lebih banyak yang tentunya lebih hala itu lebih baik. Secara grafis utility function antara dua barang atau jasa yang halal digambarkan sebagaimana lazimnya

Dalam konsep Islam sangat penting adanya pembagian jenis barang atau jasa antara yang haram dan yang halal. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggambarkan hal ini dalam utility function. Fungsi kepuasan untuk dua barang yang salah satunya tidak disukai digambarkan dengan utility function yang terbalik seakan diletakkan cermin. Semakin sedikit barang yang tidak disukai akan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini di gambarkan dengan utility function yang semakin ke kiri atas semakin tinggi tingkat kepuasannya. Barang yang haram adalah barang yang tidak disukai.

d.      Budget Constrain
Segala keinginan pasti ada konstrain yang membatasi, tentu batasan ini akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan konstrain yang lebih tinggi. Dalam teori konsumsi hadist tentang cita-cita dan segala macam hambatan bisa digunakan untuk menerangkan tentang batasan seseorang dalam memaksimalkan utility konsumsinya. Selain faktor norma konsumsi dalam islam, keinginan untuk memaksimalkan utility function ditentukan oleh berapa dana yang tersedia untuk membeli kedua jenis barang tersebut yang secara matematis dapat ditulis I = PxX + PyY.  Persamaan terbut merupakan kombinasi barang yang dikonsumsi dan dapat digambarkan sebagai berikut ;
 
Kombinasi titik dibawah budget line menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y dan jumlah dana yang digunakan tersebut lebih kecil daripada dana yang tersedia.
D.       Optimal Solution
Sesuai dengan asumsi rasionalitas, maka konsumsi seorang muslim akan selalu bertindak rasional. Oleh sebab itu pengambilan keputusan dari seorang konsumen senantiasa didasarkan peada perbandingan antar berbagai preferensi, peluang dan manfaat serta mudharat yang ada. Untuk mencapai titik optimalisasi konsumen, seorang konsumen dibatasi oleh garis anggaran dari pendapatannya atau berbagai komoditas yang dapat dibelinya. Secara mamtematis optimasi konsumen dapat dirumuskan sebagai berikut :
Utilitas marginal X                  =         utilitas marginal Y
Harga X                                                          harga Y

Utilitas marginal X                  =                      HargaX
Utilitas marginal Y                                          Harga Y

MUx                                      =                      Px
MUy                                                                      Py
Dengan demikian kepuasan maksimum terjadi pada titik persinggungan antara kurva indifferent dan budget line. Konsumen akan memaksimalkan pilihannya dengan dua cara yaitu :
1.      Memaksimalkan utility function pada budget line tertentu
 
2.      Meminimalkan budget line pada utility function tertentu
 
E.       Corner Solution untuk Pilihan Halal – Haram
Pilihan antara barang halal dan haram dapat digambarkan dengan utility function terbalik ke arah kiri atas, bila digambarkan sumbu X sebagai barang haram, dan Y sebagai barang halal menunjukkan semakin banyak barang halal yang dikonsumsi dan semakin sedikit barang haram yang ditinggalkan yang berarti juga semakin banyak barang halal yang dikonsumsi akan menambah utility sedangkan semakin sedikit barang haram akan mengurangi diutility. Keadaan ini akan memberikan tingkat kepuasan yanh lebih tinggi. Bentuk utility function yang demikian tidak memungkinkan terjadinya persinggungan antara untility function dengan budget line, hal ini dikarenakan Marginal rate of Subtituion (MRS) untuk barang halal selalu lebih kecil dibandingkan slope budget line, maka pilihan optimal konsumen adalah mengalokasikan incomenya untuk membeli barang halal.
Konsumen meningkatkan utilitynya dengan terus mengurangi konsumsi barang haram untuk mendapatkan lebih banyak barang halal sampai pada titik dimana tidak lagi melakukannya yaitu pada saat incomenya habis digunakan untuk membeli barang halal. Berikut corner solution dengan memaksimalkan utility function
Sedang pilihan halal – haram dengan meminimalisasi budget line sebagai berikut :
Kemiringan fungsi utility lebih curam dibanding dengan budget line
Kemiringan fungsi utility lebih landai dibanding dengan budget line
Corner solution dapat juga terjadi pada pilihan barang halal X dan barang halal Y jika MRS barang halal tersebut selalu lebih kecil atau lebih besar dibandingkan dengan slope budget line-nya.
Corner Solution tidak hanya terjadi pada keadaan halal-haram atau perfect subtitution, namun juga dapat terjadi pada Indifference Curve yang “not strongly convex”. Secara grafis hal ini digambarkan dengan bentuk kurva convex yang kecenderungannya begitu tipis sehingga hampir menyerupai garis lurus.

KESIMPULAN
            Konsumsi adalah kegiatan ekonomi yamg penting, bahkan terkadang dianggap paling penting. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan disribusi muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi dan produksi. Islam tidak mengakui kecenderungan materialistik semata-mata dari pola konsumsi modern. Dasar pemikiran pola konsumsi dalam islam adalah untuk mengurangi kelebihan keinginan fisiologik sekarang ini yang timbul dari faktor-faktor psikologik buatan dengan tujuan membebaskan energi manusia untuk tujuan-tujuan spiritual.
Islam menuntut manusia untuk sebisa mungkin mengkonsumsi barang-barang yang halal, meski dalam keadaan tertentu yang diharamkanpun boleh dikonsumsi namun hanya sebatas untuk memenuhi keberlangsungan yang bersifat sangat terpaksa. Hal ini penting karena manusia kelak akan menjalani masa kehidupan kembali setelah kematian (akhirat) dan yang menentukan kebahagiaan diakhirat ditentukan oleh perilaku kehidupan di dunia, termasuk kualitas dan kuantitas ibadahnya.
Konsumsi barang halal dan haram tentu berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah yang berimplementasi pada pahala yang pada ujungnya akan berpengaruh pada kepuasan. Logikanya, barang yang kita konsumsi adalah barang yang sah dan halal maka akan membawa terhadap kemantapan dan kualitas ibadah karena ketika menggunakan tanpa dicampuri dan dibebani salah sehingga akan diterima dan mendapat pahala untuk bekal hari setelah kematian nanti.

DAFTAR REFERENSI
Anto, H. (2003). Pengantar Ekonomi Mikro Islami. Yogyakarta: Ekonosia.
Chapra, U. (2001). Masa Depan Ilmu Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press.
Fathorrazi, T. S. (2012). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ir. Adiwarman A. Karim, S. M. (2008). Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
P3EI Yogyakarta, BI. (2012). Ekonomi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pujiono, A. (2006). Teori Konsumsi Islami. Jurnal Dinamika Pembangunan ed. Desember, 196-207.


Download LINK ini. 

0 komentar:

Posting Komentar

Aka_Eka