Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jafan orang orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka. Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan
pula jalan mereka yang sesat. (QS. Al Fatikhah 6-7)
Kita selama ini memahami dua ayat
terakhir hanya berisi permohonan agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang
Lurus. Maksud jalan yang lurus adalah jalan mereka yang diberi nikmat oleh
Allah. Bukan jalan mereka yang di murkai oleh Allah dan bukan pula jalan yang
sesat. Padahal menurut para ulama dua ayat terakhir surat Al Fatihah ini tidak
hanya didesain Allah untuk sekedar fungsi sebagai permohonan atau doa namun
juga sebagi muhasabah , alat evaluasi diri. Dua ayat ini minimal dibaca tujuh
belas kali dalam sehari semalam, sejumlah rakaan wajib. Namun jikalau
melaksanakan sholat sunnah, maka akan lebih dari tujuh belas kali bacaan surat
ini di baca karena setiap rakaan sholat sunnah pun tetap wajib membaca surat Al
Fathihah.
Kenapa Harus Muhasabah
Muhasabah merupakan evaluasi
diri, instropeksi diri, menghisab diri, dan menghitung-hitung diri. Ini
dilakukan untuk mengukur kualitas keimanan, keislaman dan akhlah individu.
Muhasabah itu juga dilakukan untuk memastikan bahwa diri telah berada di jalur
yang benar, sudah ‘on the track’. Muhasabah
juga usaha untuk menghidupkan kesadaran akan adanya hari perhitungan yang
disebut dengan Yaumul Hisab. Muhasabah penting untuk menumbuhkan kesadaran akan
kelemahan diri bahwa tidak ada yang sempurna dan perlu mempelajari keleman diri
untuk diperbaiki.
Muhasabah juga untuk menumbuhkan
suasana selalu ingat kepa Allah SWT karena insan diperintahkan untuk selalu
mengingat Allah dimana saja berada. Disamping itumuhasabah juga momentum untuk segera
bertaubat selagi masih melakukan dosa karena sadar diri bahwa setiap insan
memiliki dosa dengan setidaknya melakukan muhasabah dengan cara istighfar mohon
ampunan kepada Allah.
Muhasabah itu dapat membuat lebih
baik daripada sebelumnya, karena kita punya kesempatan mengkaji kekurangan
kekurang yang ada pada diri, lalu ke depan untuk disempurnakan. Apalagi nabi
Muhammad Saw bersabda “ Orang yang hari ininya lebih baik dari hari kemarin
adalah kelompok yang beruntung. Tapi yang hari ininya sama dengan hari kemarin,
mereka kelompok yang merugi. Dan mereka yang hari ininya lebih buruk dari hari
kemarin masuklah mereka kelompok yang celaka”.
Ihdinash Shirotol Mustaqiim
Puncak dari muhasabah adalah
sewaktu diri setiap hari mampu mengecek apakah telah berada di shirotol mustaqiim atau berada di jalan
yang lurus, atau malah sudah melenceng dari jalan lurus atau melenceng dari
jalan yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Melenceng dari jalur yang
ditetapkan oleh Allah.
Muhasabah seharusnya dilakukan
secara terus menerus dalam kehidupan seorang muslim setiap hari setiap waktu.
Muhasabah ini semakin banyak dilakukan semakin baik, sebagaimana berdzikir yang
banyak merupakan perintah Allah, karena itulah mengapa Allah memerintahkan
selalu membaca kalimah ihdinash shirotol mustaqiim setiap hari. Bahkan minimal
tujuh belas kali setiap hari atau bisa saja lebih banyak lagi.
Bacaan dua ayt terakhir al
Fathihah ini sebetulnya tidak hanya sekedar memohon untuk ditunjuki Allah jalan
yang lurus, tetapi sekaligus perintah untuk muhasabah. Mengecek apakah sudah
selalu berada di jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Engkau ridhai dan
beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula
jalan orang-orang yang sesat.
Rasulullah saw sendiri dalam
hadist dari Syadad bin Aus telah bersabda “ Orang-orang yang pandai (sukses)
adalah yang menghisab dirinya sendiri srta beramal untuk kehidupan sesudah
kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa
nafsu serta berangan-angan terhadap Allah Swt” (HR. Tirmidzi). Bahkan dalam al
quran juga telah dijelaskan dalam firman Allah “ Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap dirinya memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk esok hari ( akhirat ) dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( QS. Al Hasyr ; 18)
Firman Allah ini juga secara
tidak langsung menyuruh manusia untuk melakukan muhasabah terhadap dirinya,
dengan memperhatikan apa yang sudah dilakukan untuk dipersiapkan di hari akhir
nanti. Apakah sudah jadi hamba Allah yang bertaqwa atau belum, sampai kalimat
bertaqwa diulang dua kali yang berarti ini petunjuk agar selalu mengecek
keimanan dan keislaman manusia.
Muhasabah dalam hal apa saja
Secara garis besarnya, muhasabah
harus dilakukan meliputi hubungan dengan Allah dan dalam hubungan dengan
manusia. Allah berfirman “ Mereka meliputi kehinaan di mana saja mereka,
kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia (QS. Ali Imron 12).
Kalau diperinci agak detail,
berikut beberapa yang harus di muhasabah :
1. Periksalah
hubungan dengan Allah, apakah sudah mencintai Allah, karena Allah berfirman “
Adapun orang-orang yang beriman itu sangat mencintai kepada Allah... (QS. Al
Baqarah 165). Bgaimana cara mencintai Allah, apakah sudah melakukan semua
perintahNya dan juga meninggalkan semua laranganNya. Muhasabahlah,...
Evaluasilah.
2. Evalusi
apakah juga telah mencintai dan meneladani Rasulullah saw. Kalau meneladani dan
mengikuti Rasulullah maka akan medapat cinta dan ampunan Allah dalam firmanNya
“ Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. Ali Imrom ; 31). Bagaimana cara mencintau Rasulullah? Tentu saja dengan
mengikuti sunah-sunah beliau, teladani akhlak beliau. Contoh dan tiru ibadah
beliau. Evaluasi apakah sudah meneladani beliau.
3. Evaluasi
juga bagaimana hubungan antar sesama. Apakah sudah berbuat baik dan bermanfaat
bagi orang lain, karena nabi bersabda “ Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi manusia lainnya”, bahkan muhasabahlah apakah sudah mencintai
orang lain sebagaimana telah mencintai diri sendiri, karena ini merupakan
ukuran iman seseorang, bahkan bida mendapat pertolongan Allah dengan memberi
pertolongan kepada orang lain, menurut Nabi. Cek sumua Ituuu
4. Muhasabah
juga dalam hubungan keluarga, apakah sudah seperti yang diperintahkan Allah dan disuruh Rasulullah. Hubungan dengan orang
tua, evaluasilah apakah sudah “birrul walidain” seperti apay yang diperintahkan
Allah. Sudah membuat bahagia atau malah mengecewakannya dan seterusnya.
Begitupula hubungan suami dan istri apakah si istri sudah patuh pada suami dan
begitupula sebaliknya apakah suami telah memenuhi kewajiannya, sudah menyayangi
istri. Begitu juga dengan anak-anak apakah orang tua sudah mendidik
anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Apa sudah menjaga mereka
dari api neraka dans eterusnya.
5. Jangan
lupa mengevaluasi diri apakah sudah memusuhi syetan, bukan membahagiakannya
karena sewaktu senang, sombong, ghibah, riya, bohong, iri, dengki, hasad,
namimah dan syirik, maka sebetulnya kita sedang membahagiakannya.
Kesim[ulannya, mari bermuhasabah
setiap sehari mengucapkan ihdinash shirothol mustaqim agar terjaga selalu
berada di jalan yang lurus, jalan yang diridhoi Allah. Dan tidak terperosok ke
jalan yang dimurkai Allah dan jalan yang sesat yaitu jalannya syetan. Sudah
terlalu lama tanpa sadar membahagiakan syetan dan menyakiti Allah. Dengan
selalu mau mendengarkan bisikan syetan dan malah melakukan ajarannya dan
saatnya diberhentikan oleh niat diri bermuhasabah agar dengan sadar apa yang
kita lakukan selalu di jalan Allah.
DAFTAR REFERENSI
Al Qur'anul Karim
Al Hadist
0 komentar:
Posting Komentar